Klik Play untuk mendengarkan rangkuman audio dari artikel berikut
[player id=9576]
Sudah berkunjung ke patung GWK? Jika sudah pernah berkunjung ke Bali, pasti tak asing lagi dengan patung ini. Garuda Wisnu Kencana adalah patung tembaga terbesar di dunia. Tingginya mengalahkan Patung Liberty di Amerika Serikat dan menempati posisi ketiga sebagai patung tertinggi di dunia setelah The Spring Temple Buddha di Cina dan The Laykyun Sekkya Buddha di Myanmar.
Proses pembangunannya pun tak sebentar. Tak tanggung-tanggung, butuh waktu hingga 28 tahun lho untuk merampungkan patung ini. Sudah pasti, segala macam kendala terjadi mengikuti proses pembangunannya. Proses panjang itu akhirnya selesai dengan diresmikannya patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada 22 September 2018 oleh Presiden Joko Widodo. Patung setinggi 121 meter ini berdiri megah di Bukit Ungasan, Kuta Selatan, Badung.
Tembaga Sebagai Material Utama
Bukan seperti patung di candi-candi di Indonesia yang terbuat dari batu, patung Garuda Wisnu Kencana terbuat dari bahan logam tembaga. Tak kurang dari 754 kepingan besar atau modul yang membentuk potongan-potongan horizontal tubuh patung. Fungsinya tak lain untuk mempermudah pembesarannya.
Total seluruh tembaga yang dipakai adalah seluas 25.000 meter persegi. Pemilihan material tembaga bukan tanpa alasan. Berdasarkan pengalaman para seniman patung, bahan tembaga menjadi pilihan yang tepat untuk pembuatan patung besar karena dinilai paling mudah dan paling tahan.
Tembaga mudah bergerak sehingga butuh tambahan material lainnya untuk memperkuat. Pilihan kemudian jatuh pada material kuningan. Kuningan punya sifat yang berlawanan dengan tembaga. Jika tembaga mudah menghantarkan panas, maka kuningan tak mudah merambatkan panas. Kuningan juga tak mudah dibentuk seperti halnya tembaga.
Dengan sifat-sifat ini, kuningan lebih cocok dipakai untuk memperkuat patung dari bahan tembaga supaya tak terjadi perubahan bentuk atau deformasi. Kuningan-kuningan ini dibuat berbentuk cross segitiga dilaskan sehingga dapat sekaligus membentuk tekstur patung dan tak terlihat menyilaukan dari jauh.
Sementara itu untuk struktur bangunan dibuat memakai bahan stainless steel. Tujuannya agar patung memiliki daya tahan terhadap kekuatan gempa. Seniman penggagasnya, I Nyoman Nuarta menyebut patung GWK tahan gempa bahkan hingga magnitudo 8. Sangat kokoh, ‘kan?
Fondasi Rakit
Selain material patung, pilihan sistem fondasi juga sangat dihatikan lho. Sistem fondasi yang dipakai adalah sistem fondasi rakit atau raft fondation. Sistem raft fondation biasanya diterapkan pada tipe tanah yang mempunyai daya dukung rendah. Misalnya saja pada jenis tanah kapur. Lantas mengapa sistem fondasi ini yang dipilih?
Bukan tanpa alasan, raft fondation dipilih karena wilayah di sekitar patung awalnya adalah lokasi tambang kapur. Jika terjadi endapan air yang lama, maka efeknya bisa membahayakan. Dengan sistem raft fondation ini bila terjadi lubang akibat kapur, bangunan tetap berada dalam posisi mengambang seperti halnya jembatan. Pada sistem fondasi ini, pelat beton yang lebar digunakan di seluruh bagian dasar bangunan. Pelat ini berfungsi meneruskan beban bangunan ke lapisan tanah dasar.
Patung GWK juga dirancang tidak duduk pada plafon agar tak membebani lantai. Berat patung Garuda Wisnu Kencana yang sekitar 3000 ton ini dibebankan ke fondasi. Kemudian di pertengahan patung ditambahkan dengan cor beton yang menjulang sampai pertengahan patung. Lalu cor disambung dengan baja hingga ke atas.
Perpaduan antara penggunaan baja dan beton ini bertujuan agar konstruksi tahan terhadap goyangan. Material baja mempunyai tingkat elastisitas yang lebih tinggi ketimbang beton. Selain itu, baja juga sudah teruji kekuatannya. Penambahan baja di bagian inti tak lain bertujuan agar patung lebih dinamis saat diterpa angin yang keras.
Dengan konstruksi ini, kekuatan patung lantas diuji dengan melakukan wind tunnel test. Wind tunnel test tak lain adalah test yang dilakukan untuk menguji ketahanan suatu bangunan terhadap tiupan angin. Tak hanya sekali, wind tunnel test dilakukan di dua lokasi sekaligus yaitu di Toronto, Kanada dan di Melbourne, Australia. Dari uji ini didapati jika ada kekuatan dari perut patung mendorong keluar, maka dibutuhkan kecepatan atau tekanan hingga 250 knot untuk membuat patung terlepas.
Patung Garuda Wisnu Kencana lebih tinggi 30 meter jika dibandingkan dengan patung Liberty di New York. Tapi perlu diingat, patung Liberty terbilang kurus dan tinggi. Sedangkan patung GWK lebarnya hampir mencapai 64 meter. Bisa dibayangkan betapa rumit pengerjaannya ‘kan? Karena itu wajar jika teknologi pembuatan patung GWK ini sudah didaftarkan sebagai hak kekayaan intelektual di Departemen Kehakiman.
Patung Garuda Wisnu Kencana telah melalui masa-masa perencanaan bertahun-tahun, desain ulang beberapa kali, kekurangan dana hingga konstruksi yang berjalan maju dan mundur. Sampai akhirnya bisa diselesaikan dan diresmikan, sungguh suatu prestasi yang patut dihargai. Seorang peneliti kebudayaan asal Perancis, Jean Couteau, berpandangan patung GWK ini menunjukkan bahwa perpaduan sains, seni dan teknologi di Indonesia berkembang dengan baik. Sungguh membanggakan, bukan?
baca juga bedah proyek
Recent Comments